"Inti dari penguasaan pasar adalah bagaimana kita menguasai benak konsumen". Tidak mengherankan apabila seringkali ditekankan bahwa Positioning yang sebenarnya bukanlah pada posisi produk di pasar, tetapi ada pada posisi produk dalam benak konsumen. Bagaimana kita ingin diingat oleh konsumen, itu yang menjadi inti dari penguasaan mind share. Hal ini tercakup dalam sebuah strategi yang di dalamnya terdapat proses Segmenting, Targeting dan Positioning.
Strategi dijelaskan sebagai arah yang akan dituju oleh sebuah perusahaan dan menuntun pada pengalokasian sumber daya dan upaya. Namun, perlu diperhatikan bahwa yang menjadi sasaran utama dari strategi ini adalah benak konsumen (persepsi). Sehingga ‘pertempuran’ sesungguhnya dalam marketing bukanlah ada pada perebutan pangsa pasar, tetapi ada pada penanaman persepsi dalam benak calon konsumen.
1. Segmentasi
Segmentasi adalah cara membagi pasar berdasarkan variabel- variabel tertentu seperti geografi, demografi, psikologi, perilaku dan pada akhirnya ke variabel terkecil, yaitu individu. Segmentasi secara berkesinambungan menjadi hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat terus memenuhi kebutuhan (need) dan keinginan (want) pasar yang selalu berubah-ubah. Kesalahan pemilihan tempat untuk meluncurkan suatu produk atau untuk membuka usaha seringkali menjadi kendala perusahaan dalam meraih sebuah kesuksesan yang diinginkan.
Dalam hal ini, bukan berarti produk atau usahanya yang kurang baik, tetapi analisis segmentasi pasarlah yang harus dievaluasi kembali. Sekarang ini kita tidak bisa lagi mengambil resiko mengeluarkan produk secara bebas dengan tanpa melakukan segmentasi pasar.
Pada zaman dahulu, para pedagang melakukan segmentasi secara sederhana, yaitu dengan menjual dagangannya ke daerah terdekat atau ke daerah lain yang sekiranya tidak dapat memproduksi barang yang mereka dagangkan. Lebih jauh lagi, para pedagang melihat potensi daerah yang akan dikunjungi. Seperti halnya para pedagang Indonesia yang menjual rempah-rempah ke daerah yang tidak dapat memberikan hasil bumi. Atau para pedagang dari negeri Cina yang menjual keramik pada daerah-daerah yang tidak mempunyai keterampilan dalam membuat keramik.
Pembagian pasar berdasarkan faktor geografis seperti di atas meliputi wilayah, kota, provinsi atau negara. Terlebih lagi dengan adanya otonomi daerah yang telah diberlakukan di Indonesia akan menjadi dasar dalam proses segmentasi. Sedangkan pembagian secara demografi, dilihat berdasarkan jenis kelamin (gender), usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan agama. Dua hal tersebut dikelompokkan dalam static-atribut segmentation. Karena pada dasarnya hal tersebut di atas bersifat statis dan cenderung tidak berubah.
Dari segi psikologis, yang harus diperhatikan adalah kebiasaan, gaya hidup, dan personality (karakter). Berlawanan hal yang dijelaskan sebelumnya, faktor psikologi ini adalah faktor yang dinamis dan selalu berubah. Kadang orang sulit untuk menduga apa yang akan menjadi definisi dari gaya hidup di suatu daerah tertentu. Dengan sifatnya yang selalu berubah, segmentasi ini dikenal sebagai dynamic-atribute segmentation.
Segmentasi Susu
Pada dekade 80-an di Indonesia, kita hanya mengenal satu merek susu bubuk yang merajai pasar. Dancow menjadi penguasa industri susu dengan menguasai hampir seluruh pangsa pasar pengonsumsi susu dari mulai bayi, balita, dewasa sampai orang tua.
Segmentasi yang dilakukan hanyalah berdasarkan psikologi. “Semua orang harus minum susu karena susu baik untuk kesehatan”. Hanya berdasarkan paradigma sederhana seperti itu Dancow dapat menjadi pilihan utama para pengonsumsi produk susu pada saat itu.
Baru pada tahun 90-an muncul beberapa merek yang mulai membidik pangsa pasar tertentu. Karena mereka menyadari bahwa untuk mengambil alih pasar peng konsumsi susu secara langsung akan sulit.
Sampai ketika terjadinya kasus yang mengindikasikan bahwa Dancow tidak baik untuk dikonsumsi oleh bayi dan balita. Memang ada kalangan yang merasa cocok meng gunakan Dancow sebagai pilihan, tetapi tidak sedikit yang mengeluh.
Dari sana timbul permintaan pasar akan susu yang dapat dikonsumsi dengan aman oleh para bayi dan balita. Saat itulah para pemain baru mulai memasuki pasar Dancow dengan produk yang lebih khusus dan terarah.
Para pengusaha susu tersebut mulai membagi pasar (menyegmentasi) ke dalam beberapa kelompok, sehingga sampai saat ini kita banyak mengenal berbagai merek susu untuk berbagai kalangan. Seperti susu untuk ibu hamil, susu untuk ibu menyusui hingga susu untuk para manula (orang tua/ lanjut usia). Bahkan yang terakhir ikut mencoba bertarung adalah sebuah merek yang memosisikan diri sebagai susu khusus untuk pria.
Para pemain baru ini menyadari bahwa sudah bukan zamannya lagi untuk menggunakan one brand for all. Untuk bertahan dengan satu merek akan menjadi sebuah kerugian di saat market share Dancow digerogoti oleh para pemain baru yang memanfaatkan ceruk-ceruk yang ada (niche market).
Pada akhirnya, Dancow pun tidak lagi menggunakan sistem one brand for all tapi juga meluncurkan produk–produk untuk segmen yang lebih khusus. Namun, tidak semua pasar dapat kembali dikuasai. Anlene yang datang dengan label susu untuk tulang sudah tidak dapat digoyang dari segmen penderita osteoporosis.
Point of View
Segmentasi adalah kegiatan yang tidak mempunyai batasan. Semakin kreatif kita melihat pasar maka akan kita sadari bahwa masih banyak segmen yang belum tersentuh. Kreativitas menjadi kunci dalam melihat pasar dari sisi yang tidak terbayangkan sebelumnya oleh pesaing. Segmentasi terkecil yang dapat dilakukan adalah individual segmentation.
Segmentasi ini merupakan segmentasi pasar secara individu atau lebih bersifat pribadi (segment of one). Pemenuhan kebutuhan setiap orang yang berbeda-beda melahirkan berbagai peluang dalam menjalankan usaha atau dalam meluncurkan sebuah produk. Pengetahuan akan segmentasi pasar yang sudah ada merupakan langkah awal para pemain baru sebelum terjun dalam persaingan pasar, sehingga ia dapat mempelajari pasar yang ada dan kembali melakukan proses segmentasi yang lebih mendalam.
Saat ini, pemikiran masyarakat semakin berkembang sehingga mereka semakin pintar dalam memilih suatu produk. Untuk itu sebuah perusahaan tidak cukup hanya dengan melakukan proses segmentasi, tetapi lebih ke identifiying (identifikasi) pasar. Dengan melakukan identifikasi pasar, diharapkan sebuah perusahaan akan mampu melakukan pemahaman yang lebih mendalam pada masing-masing pelanggan yang dimiliki. Dengan demikian perusahaan tidak lagi membagi pasar ke dalam ceruk-ceruk pasar tertentu seperti yang dilakukan pada saat menyegmentasi Salah satu alasan dari kegagalan sebuah perusahaan dalam persaingan global adalah kurangnya ketepatan mereka dalam melakukan proses segmentasi
-----------------------------------------------
Al-adzani art dalam: Proses Segmentasi
-----------------------------------------------
Al-adzani art dalam: Proses Segmentasi
No comments:
Post a Comment